KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya lah penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Upaya meningkatkan kedisiplinan siswa disekolah. Shalawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarganya dan
para sahabatnya.
Ungkapan
terima kasih penyusun haturkan kepada pihak-pihak yang berpartisipasi dalam
proses penyusunan makalah. Terlebih lagi kepada yang terhormat Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Cici Kusriani,S.Pd, yang telah memberikan
bimbingan serta pengetahuan yang sangat berharga bagi penyusun.
Materi
makalah ini membahas tentang Upaya
meningkatkan kedisiplinan siswa disekolah. Penyusun berupaya dengan segala
keterbatasan dimiliki menyusun makalah ini sesederhana mungkin agar mudah
dipahami dan dimengerti oleh penyusun khususnya dan rekan-rekan pembaca
sekalian.
Akhirnyah
tidak ada sesuatu yang sempurna, kesempurnaan dan kebenaran mutlak hanyalah
milik Allah. Dengan kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca budiman, guna memperbaiki dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.
Bandung,
Maret 2012
penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
1. BAB
1 PENDAHULUAN
a.
Latar belakang masalah
b.
Rumusan
masalah
c.
Tujuan penulis
2. BAB
2 PEMBAHASAN ( upaya meningkatkan kedisiplinan siswa)
a.
Pembahasan masalah
b.
Pemecahan masalah
3.
BAB
3 PENUTUP
a.
Kesimpulan
b.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah
orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang
disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada
orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku
sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan
orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau
tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari
masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh
suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Seorang siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata
tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa.
Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya
mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Membicarakan tentang disiplin
sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku
negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya
sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam
narkoba, geng motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal
lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan
masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap
berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang
dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi,
seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk
penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya
pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
B. Rumusan
masalah
Adapun
rumusan masalah dari permasalahan di atas yaitu :
1. Apakah
pengertian disiplin sekolah bagi para siswa
2. Apakah
tujuan disiplin di sekolah bagi para siswa
3. Apa
saja upaya
pencegahan dan penanggulanggan tentang disiplin di sekolah
C. Tujuan
penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
·
Mengetahui pengertian
disiplin sekolah
·
Mengetahui apa saja
yang menjadi tujuan disiplin sekolah
·
Mengetahui apa upaya
pencegahan dan penanggulangan tentang disiplin sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan masalah
Disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia bahwa disiplin sekolah
“refers to students complying with a code of behavior often known as the
school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule)
tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of
clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.
Pengertian disiplin sekolah
kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai
konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan
perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana
diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous
School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin
sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah
:
1) memberi dukungan bagi terciptanya
perilaku yang tidak menyimpang,
2) mendorong siswa melakukan yang baik
dan benar,
3) membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal
yang dilarang oleh sekolah, dan
4) siswa belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip
pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School
discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and
(2) create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy Schwartz
(2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once the need for it is
determined, should be to help students accept personal responsibility for their
actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves
to change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan
disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang
nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak
mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang
termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi
kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline
is management action to enforce organization standarts” dan oleh
karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin
preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat
memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya
mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi
sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan
mengikuti aturan yang ada.
Perilaku siswa terbentuk dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan
sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor
dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang
siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap,
teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta
dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati
sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di
rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan
bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Brown dan Brown mengelompokkan
beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :
1) Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh guru
2) Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang
teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak
disiplin.
3) Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
4) Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang
fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang
tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses
pendidikan pada umumnya.
B. Pemecahan
masalah
Sehubungan dengan permasalahan
kedisiplinan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri
siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1. Membantu siswa mengembangkan pola
perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda,
mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam
kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap
siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar
prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda,
jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang
mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat
diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses
belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan
sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan
khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak
disiplin.
Selanjutnya, Brown dan Brown
mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1) Rasa hormat terhadap otoritas/
kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik
di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus
hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2) Upaya untuk menanamkan kerja sama;
disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk
menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan
lingkungannya.
3) Kebutuhan untuk berorganisasi;
disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa
mengenai kebutuhan berorganisasi.
4) Rasa hormat terhadap orang lain;
dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar,
setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan
menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5) Kebutuhan untuk melakukan hal yang
tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan
yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu
menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada
umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6) memperkenalkan contoh perilaku tidak
disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan
siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan
yang tidak disiplin.
Sementara itu, Reisman dan Payne (E.
Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu :
1) konsep diri; untuk menumbuhkan
konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan
untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2) keterampilan berkomunikasi; guru
terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3) konsekuensi-konsekuensi logis dan
alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,
sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat
logis dan alami dari perilaku yang salah;
4) klarifikasi nilai; guru
membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai
dan membentuk sistem nilainya sendiri;
5) analisis transaksional; guru
disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan
siswa yang menghadapi masalah;
6) terapi realitas; sekolah harus
berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu
bersikap positif dan bertanggung jawab; dan
7) disiplin yang terintegrasi; metode
ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan
mempertahankan peraturan; (modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh
lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan
yang kondusif;
8) tantangan bagi disiplin; guru
diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai
keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan
mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di sekolah. tujuan disiplin sekolah adalah untuk
menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di
kelas. jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka
siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan
suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Disiplin
preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk
tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi
pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang
ada.
Saran
·
Disiplin itu sangat
penting agar terwujudnya kenyamanan dan keamanan.
Daftar pustaka
·
Wikipedia
Terimakasih atas informasinya.
BalasHapusSilahkan Baca www.horassumutnews.com Horas Sumut News adalah Portal Berita Online Sumut Indonesia | Berita Terbaru Hari Ini Terkini Terhangat | Daerah Nasional Internasional Politik Hukum Ekonomi Olahraga Kesehatan Selebritis Kpop Di :
www.horassumut.com