Rabu, 21 Oktober 2015

Edit

Makalah PAI (Khutbah Jumat)



BAB I

Tiga Sifat Orang Bertaqwa

Oleh Ust. H. Taufik Hamim Effendi, Lc., MA

A.    Khutbah Pertama

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَ الرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ، وَعلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ…
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ…
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
“يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ”.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang amat banyak, salah satunya adalah diperkenankan oleh-Nya kita hadir di siang ini dalam rangka melaksanakan shalat Jum’at. Dan nikmat yang terbesar yang diberikan  adalah Allah SWT kepada kita adalah nikmat Iman dan Islam. Keimanan dan keislaman kita telah mengarahkan kita untuk senantiasa melaksakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Tanpa Iman dan Islam, mustahil kita mampu menghadapi segala macam bentuk ujian, cobaan, mushibah dan menangkal segala godaan dan tipu daya syaithan yang senantiasa berusaha menyeret manusia kepada kehinaan dan kesesatan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW keluarga, shahabat, dan para pengikutnya serta orang-orang yang senantiasa menghidupkan sunnahnya hingga hari kiamat kelak. Dan kita memohon kepada Allah SWT agar kita yang hadir di masjid yang mulia ini, termasuk dalam barisan panjang pengikut setia Rasulullah SAW Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.
Jamaah jum’at yang dirahmati Allah SWT
Berbahagialah orang yang bisa memanfaatkan banyak momentum kebaikan dan amal shalih. Berbahagialah orang yang  suka memberi, suka beristighfar terutama di waktu sahur, suka berinfaq siang dan malam baik secara diam-dian atau secara terang-terangan.  Berbahagialah pemuda yang hidup dalam ketaatan kepada Allah, ia ingat kepada Allah saat sendiri lalu mengucurkan air matanya karena takut kepada-Nya, berbahagialah wanita yang ketika mengetahui bahwa menutup auratnya itu wajib lalu dia segera menyambut perintah Tuhannya. Berbahagialah seorang isteri yang taat kepada suaminya selagi perintahnya bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah. Berbahagilah orang yang medirikan shalatnya yang lima waktu, suka memberi dan berbagi, menyayangi anak yatim dan suka bersilaturahim.

Jamaah shalah jum’at yang dirahmati Allah.
Semua kita tentu ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Setidaknya kita mharus mengetahui sifat dan  ciri-ciri orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan khususnya kebahagiaan di akhirat. Dan ciri-ciri tersebut merupakan ciri-ciri atau sifat orang yang bertaqwa.
Diantara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang disebutkan Allah terdapat dalam surat Adz-Dzariyat : 15-19.
Allah SWT berfirman:
إِنَ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَليْلِ مَايَهْجَعُونَ. وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ. وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah) Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.”
Dari firman Allah di atas dapat kita lihat bahwa diantara ciri atau sifat orang bertaqwa adalah: 1. Rajin melaksanakan qiyamullail atau shalat malam. 2. Memohon ampun (beristighfar) kepada Allah di waktu sahur (di penghujung malam). 3. Suka berbagi dan memberi orang-orang yang membutuhkannya.
Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah
Sifat orang bertaqwa yang pertama adalah rajin melaksanakan qiyamullail atau shalat malam:
كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam”.
Artinya, orang yang bertaqwa adalah orang yang rajin shalat malam atau shalat tahajjud. Inilah sebabnya Rasulullah SAW menginformasikan kepada shahabatnya prilaku dan kebiasaan orang-orang shalih dahulu, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, membentengi diri dari perbuatan dosa, menghapuskan kesalahan dan dapat menghilangkan penyakit dalam tubuh
Sifat kedua orang bertaqwa adalah memohon ampun (beristighfar) kepada Allah di waktu sahur (di penghujung malam).
وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Mereka beristighfar di waktu sahur. Waktu sahur ini memiliki keutamaan dan kemuliaan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir. Rasulullah SAW pernah bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ يَقُولُ: “مَنْ يَدْعُونِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ”.
Allah Tabaraka wa Ta’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir masih tersisa. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni.”
Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah….
Adapun sifat yang ketiga adalah suka berbagi dan memberi:
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta”. Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan.
Demikian diantara sifat orang bertaqwa yang dijanjikan Allah SWT sebagai balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakan selama mereka hidup di dunia. Kenikmatan yang tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh manusia.
Semoga kita dan keluarga kita dimudahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti jejak Ahlul Jannah, penghuni surga. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
“أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : وَالْعَصْرِ إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ”.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
B.     Khutbah kedua
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ….
فَقَال تَعَالَى : “يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ”
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا :
” إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا “.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ….
وَ ارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ عَلِيٍّ وَ عَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَ عَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ وَ عَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ…
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ…
Ya Allah, ampunilah kaum muslimin dan Muslimat, Mu’minin dan Mu’minat, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup, dengan rahmat-Mu Wahai Tuhan yang Maha penyayang…
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ وَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ…
Ya Allah ya Tuhan kami, Muliakanlah Islam dan Kaum Muslimin, Hancurkan dan hinakan orang-orang kafir dan musyrik, musuh-Mu dan musuh agama-Mu…
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ رُكُوْعَنَا وَ سُجُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَ كُلَّ سَائِرِ أَعْمَالِنَا وَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ…
Ya Allah ya Tuhan kami, Terimalah shalat kami, puasa kami, ruku kami, sujud kami, kerendahan kami, dan segala amal ibadah kami, Wahai Sang Pemberi orang-orang yang memohon…
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَيَانَا صِغَارًا..
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kami kecil…
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقَّا وَ ارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَ أَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ…
Ya Allah…Perlihatkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kepada kami bahwa yang salah itu adalah salah dan berilah kekeuatan kepadakami untuk menjauhinya…
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ اْلآخِرَةِ…
Ya Allah… baikanlah kesudahan segala urusan kami, hindarilah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat..
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَفِيْ سُوْرِيَا وَفِيْ الْعِرَاقِ وَانْصُرْ مُسْلِمِيْ رَاحِنْيَا فِيْ مِيَنْمَار
Ya Allah tolonglah Ummat Muslim di Palestina, di Suria dan di Iraq serta tolonglah Muslim Rohingya di Mynmar
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ أَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ…
Ya Allah perbaiki dan rukunkanlah semua Pemimpin Umat Islam dan Kaum Muslimin, tinggikanlah kalimat-Mu sampai hari kiamat…
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلاَءَ وَ الْوَبَاءَ وَ الْفَحْشَاءَ وَ الْمُنْكَرَ وَ اْلبَغْيَ وَ السُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَ الشَّدَائِدَ وَ الْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَاصَّةَ وَ مِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ.
Ya Allah ya Tuhan kami, Jauhilah kami dari kesulitan ekonomi, bencana, wabah, perbuatan keji dan mungkar serta melanggar anturan, serangan dan ancaman yang bermacam-macam, keganasan dan segala macam ujian dan cobaan, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Jauhilah yang demikian itu dari negera kami Indonesia khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya, sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu…
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ…
“Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi…
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ…
عِبَادَ اللهِ… إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ اْلإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ اسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ يُؤْتِكُمْ …وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبْرُ.



BAB II
Oleh Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.

A.    Khutbah Pertama

الْحَمْدُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَرْسَلَ إِلَيْنَا أَفْضَلَ الرُّسُلِ وَأَنْزَلَ عَلَيْنَا أَفْضَلَ الكُتُبِ وجَعَلَنَا لَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ وَأَمَرَنَا بِالإِجْتِمَاعِ عَلى الحَق وَالهُدَى وَنَهَانَا عَنْ الإِفْتِرَاقِ وَاتِّبَاعِ الهَوَى، أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لاَ تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الحُسْنَى وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، تَرَكَ أُمَّتَهُ عَلَى الْمَحَجَّةِ الْبََيْضَاءِ لاَ خَيْرَ إِلاَّ دَلََّهَا عَلَيْهِ وَلاَ شَرَّ إِلاَّ حَذَّرَهَا مِنْهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَعَزَرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِيْ أُنْزِلَ مَعَهُ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, Rabb yang telah mengutus kepada kita sebaik-baik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahu wata’ala semata yang memiliki al-asmaul husna. Saya juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya yang telah menyampaikan risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas agama yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat telah diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun kecuali umat ini telah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa beliau bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا، فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ أَمْرَكُمْ؛ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wata’ala meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama Allah Subhanahu wata’ala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu wata’ala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala dan berlepas diri dari berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,
فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya.” (al-A’raf: 59)

Perkara kedua yang Allah Subhanahu wata’ala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan. Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)

Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk  mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ
“Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.” (al-Bayyinah: 4)

Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali-Imran: 105)

Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengan
kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.

B.     Khutbah Kedua     
الْحَمْدُ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ لِيَعْبُدُوْهُ، وَأَبَانَ آيَاتِهِ لِيَعْرِفُوْهُ، وَسَهَّلَ لَهُمْ طَرِيْقَ اْلوُصُوْلِ إِلَيْهِ لِيَصِلُوْهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَإِمَامَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun perkara ketiga yang Allah Subhanahu wata’ala ridha untuk kita menjalankannya adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya. Allah Subhanahu wata’ala ridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam perkara yang ma’ruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wata’ala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib
bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidakboleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirinra himakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah karunia Allah Subhanahu wata’ala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akan
menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.
Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan mendatangkan kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya.


BAB III
oleh Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc

A.    Khutbah Pertama
الحَمْدُ الَّذِي حَرَّمَ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِهِ وَجَعَلَهُ مُحَرَّمًا بَيْنَ الْعِبَادِ، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تَنْفَعُ بِهَا قَائِلَهَا فِي الدُّنْيَا وَيَوْمِ الْمَعَادِ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنَ الْعِبَادِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آله وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ الأَمْجَادِ، صَ ةَالً
وَسَ مَالًا دَائِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ التَّنَادِ،
أَمَّا بَعْدُ : أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ، وَاحْذَرُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّهُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang dengan keutamaan-Nya telah mengharamkan diri-Nya untuk berbuat zalim serta menjadikan kezaliman sebagai perkara yang diharamkan untuk dilakukan oleh para hamba-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahuwata’ala semata, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Shalawat dansalam semoga senantiasa Allah Subhanahuwata’ala curahkan kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  , keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti petunjuknya.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan berhati-hati dari berbuat zalim terhadap orang lain karena sesungguhnya kezaliman itu akan membawa kepada kesengsaraan di hari kiamat.
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwasanya Allah Subhanahuwata’ala telah menurunkan al-Qur’an yang berisi penjelasan atas segala yang dibutuhkan oleh manusia untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Baik hal-hal yang mengatur hubungan antara manusia dan Allah Subhanahuwata’ala dalam beribadah kepada- Nya, maupun yang berkaitan dengan muamalah antarmanusia.
Oleh karena itu, di dalam al-Qur’an kita dapati bimbingan dan petunjuk yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan jual beli, sewa-menyewa, gadai, wakaf, pernikahan, hukum waris, dan yang lainnya, sebagaimana kita dapatkan pula penjelasan tentang ibadah yang menghubungkan antara Allah Subhanahuwata’ala dan hamba-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Aturan-aturan yang berkaitan dengan muamalah antarmanusia, pada dasarnya dibangun di atas kaidah umum, yaitu menegakkan keadilandan jauh dari kezaliman.
Oleh karena itu, dalam bermuamalah, Islam membimbing umatnya untuk memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang dirinya sendiri senang untuk diperlakukan dengannya, tanpa melanggar batas-batas syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنْ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ
فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ ا خْآلِرِ
وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
“Barang siapa ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah saat kematian mendatanginya ia dalam keadaan beriman kepada Allahl dan hari akhir, hendaknya pula dia mempergauli manusia dengan sikap yang dia senang untuk diperlakukan terhadap dirinya.” (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut, kita bisamengambil pelajaran bahwa seorang muslim sudah semestinya selalu mewujudkan keimanannya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan hari akhir agar saat kematian mendatanginya dalam keadaan istiqamah di atas agama Allah Subhanahuwata’ala.
Begitu pula, dia berusaha untuk menyempurnakan imannya dengan mencintai saudaranyaseperti halnya mencintai dirinya sendiri. Dengan demikian, dia tidak akan membenci apa yang terjadi pada saudaranya dalam keadaan dia senang apabila hal itu terjadi pada dirinya.
Begitu pula, dia pun tidak akan senang ketikasaudaranya ditimpa oleh sesuatu yang dia tidak suka jika hal itu mengenai dirinya. Apabila demikian keadaan setiap muslim dalam hal mempergauli saudaranya, tentu dia tidak akan pernah berpikir untuk menipu, berkhianat, atau
mendustai saudaranya, sebagaimana hal itu tidak dia inginkan mengenai dirinya.
Sebaliknya, dia akan mengajak saudaranya untuk berbuat baik, mempergaulinya dengan perkataan dan sikap yang baik, serta akhlak mulia lainnya.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Di antara bentuk keadilan dalam bermuamalah dan berhubungan dengan orang lain adalah mewujudkan saling ridha dalam hal jual beli, sewa-menyewa, dan yang semisalnya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,selain dengan jalan perniagaan yang dilakukan secara suka sama suka diantara kalian.” (an-Nisa: 29)
Di dalam ayat ini, Allah Subhanahuwata’ala melarang para hamba-Nya yang beriman untuk memakan harta saudaranya dengan cara yang batil. Allah Subhanahuwata’ala memerintahkan mereka untuk mencari harta dengan cara yang halal, seperti perdagangan barang atau komoditas yang boleh untuk diperjualbelikan, yang dilakukan di atas saling ridha.
Oleh karena itu, barang siapa memaksa orang lain untuk menjual harta yang dimilikinya tanpa keridhaannya, jual belinya tidak sah.Apabila hal ini terjadi, tidak halal bagi si pembeli untuk menggunakannya.
Dia wajib mengembalikannya kepada pemiliknya, hingga dia menjualnya dengan keridhaannya, tanpa ada paksaan. Semisal denganitu adalah muamalah yang berkaitan dengan sewa-menyewa. Tidak boleh bagi orang yang ingin menyewa untuk memaksa orang lain agar menyewakan tempat tinggal, toko, atau yanglainnya, tanpa keridhaannya.
Sebagaiman hal ini terjadi pada sebagian orang yang memaksa untuk memperpanjang masa sewa atau kontrak sebuah rumah atau toko padahal pemiliknya tidak ridha kecuali dengan dinaikkan harga sewanya. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kaidah mewujudkan keadilan dan jauh dari kezaliman dalam hal bermuamalah. Maka dari itu, tidakboleh bagi yang orang ingin menyewa untuk memaksa tetap tinggal di tempat tersebut tanpa keridhaan pemiliknya.
Bahkan, apabila masa sewanya sudah habis, dia harus mengosongkannya dan tidak memperpanjang penggunaan atau pemanfaatan rumah atau toko tersebut selain dengan keridhaan pemiliknya.
Hadirin rahimakumullah,
Termasuk bentuk keadilan dalam bermuamalah adalah jujur dan tidak curang ketika melakukan jual beli. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda,
البَيِّعَانِ بالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإنْ صَدَقا وَبَيَّنَا
بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا
مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Penjual dan pembeli itu boleh meluluskan atau membatalkan (jualbeli yang dilakukan) selama keduanya belum berpisah (meninggalkan tempat jual beli). Jika keduanya jujur( menerangkan kelebihan barang) dan menjelaskan dengan benar(menyebutkan kekurangan barang yang dijual), keduanya akan diberkahi dalam jual belinya. Namun, apabila keduanya menutupi aib barang dan berdusta(dalam menyebutkan kelebihan barang), akan dihilangkan berkah dari jualbelikeduanya.” (Muttafaqun‘alaih)
Setiap orang tentu menginginkan berkah, yaitu manfaat dan kebaikan dari harta yang didapatnya. Namun,kenyataannya ada di antara kaum muslimin yang justru seolah-olah tidakpeduli dengan berkah atau tidaknya hartayang dia peroleh. Akhirnya, ada di antara kaum muslimin yang tertimpa musibah dalam urusan jual beli yang mereka lakukan. Mereka terjatuh pada perbuatan menipu dan tidak jujur dalam jual beli, baik dengan menutupi cacat barang/produk yang dijual maupun menampakkannyaseakan-seakan baik padahal sebaliknya.
Bahkan, bagi sebagian orang, kepandaian menipu dan mengelabui orang lain dalam jual beli dan semisalnya dianggap sebagai kepiawaian dalam berdagang.
Selanjutnya, muncullah bentukbentuk yang ditampakkan sebagai jual beli yang hanya berprinsip mencari keuntungan, namun hakikatnya adalah riba, judi, dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Padahal perbuatan tersebut adalah dosa besar yang tidak akan terhapus dengan amal saleh meskipun berupa shalat lima waktu, shalat Jumat, atau puasa Ramadhan.
Maka dari itu, tidakkah orang-orang yang menipu dan tidak jujur dalam jual beli itu takut dengan akibat dari dosa besar yang dilakukannya? Senangkah mereka ketika di akhirat nanti dosa-dosanya tidak dihapus, sedangkan dia melihat dosa-dosa saudaranya yang tidak berbuat dosa-dosa besar akan dihapus oleh Allah Subhanahuwata’ala dengan sebab amal salehnya? Relakah mereka apabila diri atau keluarganya diperlakukan dengan perlakuan seperti itu oleh orang lain?
Sungguh, sudah seharusnya bagikita semua untuk bertakwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan senantiasa membangunmuamalahnya dengan orang lain di atas keadilan dan jauh dari kezaliman.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita mengingat firman Allah Subhanahuwata’ala,
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka,yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta minum niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (al-Kahfi: 29)


B.     Khutbah Kedua
الحَمْدُ الغَنِيِّ الحَمِيْدِ، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٍ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوْثُ باِلرَّحْمَةِ وَالْقَوْلِ
السَّدِيْدِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita menjaga diri-diri kita dari azab Allah Subhanahuwata’ala dengan mencukupkan diri dengan yang halal dan berhati-hati dari ujian dunia. Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan memiliki kecenderungan dan cinta terhadap dunia.
Oleh karena itu, janganlah kecintaan seseorang terhadap harta membawa dirinya berambisi untuk mendapatkannya dengan menempuh cara-cara yang melanggar syariat. Ingatlah firman Allah Subhanahuwata’ala,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah Sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (al- Anfal: 28)
Maka dari itu, tidak sepantasnya seorang muslim membiarkan dirinya dalam keadaan buta hatinya atau purapura tidak melihat apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahuwata’ala sehingga beranggapan bahwa agama ini hanyalah mengatur hubungan antara hamba dan Allah Subhanahuwata’ala dalam beribadah kepada-Nya, tanpa mengatur hubungan di antara para hamba dalam hal muamalah.
Akibatnya, mereka mengikuti hawa nafsunya sehingga terjatuh dalam riba, tidak jujur dalam menimbang/menakar, mengubah batas tanah, menipu, memaksa, dan semisalnya. Bahkan, di antara mereka ada yang berani membuat aturan baru yang bertentangan dengan aturan Allah Subhanahuwata’ala.
Sungguh, hal itu tentu sebuah kesalahan yang sangat fatal karena hal itu adalah perbuatan ingin menandingi syariat Allah . Tidakkah mereka ingat bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hari yang luar biasa kelak? Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ {}لِيَوْمٍ عَظِيمٍ{}يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka Akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar,( yaitu)hari(ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam?” (al- Muthaffifin: 4-6)

Hadirin rahimakumullah,
Sesungguhnya harta yang diperoleh dengan cara yang haram adalah kejelekan dan musibah. Sebab, seseorang telah capek dalam memperolehnya, namun akan menjadi sebab dirinya diazab di akhirat.
Sungguh, kelak seseorang akan ditanya, dari mana dia memperoleh hartanya dan untuk apa dia gunakan. Maka dari itu, semestinya setiap kita senantiasa mengingat akan datangnya hari di saat semua manusia menghadap Allah Subhanahuwata’aladan akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang telah dilakukannya di dunia.
Mudah-mudahan Allah l selalumemperbaiki keadaan kita dan kaum muslimin, di mana pun mereka berada.


1 komentar: